Jumat, 29 Agustus 2014

Siapa yang kita sembah dan untuk apa kita menyembah



"Cakup-Cakup Balang
luung titi luung pengancang
tumbuh gigi gencang mejalan
sembah...sembah...kulun...
sembah...sembah...kulun...
Agung..."

Pemahaman kita pada menyembah harusnya berkembang seiring dengan kedewasaan kita, pola pikir kita sudah lebih dewasa dibandingkan saat-saat kita masih dinyanyikan lagu anak-anak diatas sambil mencakup-cakupkan kedua tangan diatas kepala. Pahamkah kita siapa yang kita sembah dan untuk apa kita menyembah?

Sebelum menyembah coba tanya sang diri, siapa pemilik jagad ini beserta isinya? siapa pemilik hidup dan kehidupanmu? siapakah yang mampu memenuhi semua kebutuhanmu di dunia ini? siapa yang tak membiarkan dunia ini hancur? siapakah yang bisa memaafkan segala kesalahanmu dan selalu menerimamu apa adanya? dan siapa pula yang bisa mengembalikan segalanya kembali pada jatinya semula? mula jati -jati mula, sampurna jati - jati sampurna, Beliaulah Sang Maha Pencipta, pemilik dari Hidup dan kehidupan di jagad ini.

Lalu buat apa kita menyembah Sang Pencipta? untuk memohon dan meminta sesuatukah? Memohon kerahayuankah? apakah selama ini kita tidak pernah merasa rahayu? apakah dalam posisi kita yang meminta diwajarkan memilih yang baik-baik saja dan menolak yang buruk? padahal kita tahu baik-buruk, Suka-Duka adalah ciptaanNYA yang akan selalu ada di dunia ini. kalo meminta sesuatu padaNYA, bukankah segalanya adalah MilikNYA termasuk hidup dan kehidupan kita.....jadi pantaskah kita meminta sesuatu yang pada hakekatnya kita sendiri adalah bagianNYA? adalah milikNYA?
Bukankah wajar kita meminta sesuatu yang tidak kita miliki kepada Beliau yang punya segalanya? ya wajar saja kalau kita memisahkan diri kita seperti itu sebagai orang yang tak punya dan Beliau yang punya segalanya, namun ini bukanlah hubungan antara penyembah dan yang di sembah, hubungan duniawi yang ibaratnya antara anak yang meminta sesuatu pada Bapaknya dan tentu hubungan duniawi pasti ada hukum sebab akibat (Karma) ada suka dan tidak suka. suka tatkala permintaannya dipenuhi dan tidak suka jika tidak dipenuhi.

Apakah karena kita merasa beruntung, sehat, bahagia, kaya lalu kita menyembah untuk bersyukur dan berterimakasih?  asalkan ini bukan karena pamrih....... Merasa bahagia, Beruntung, Sehat.....baru terpanggil untuk memuja Beliau, tatkala sedih, sakit, bermasalah.....merasakan Beliau tidak adil dalam kehidupanmu, apalagi kalau dikaitkan dengan kita rajin sembahyang, berYadnya, berbuat baik.....dll, ini tidak ada kaitannya dengan permasalahan kita hadapi. kita sembahyang, beryadnya atas kesadaran kita sendiri.....tidak ada yang menyuruh. kecuali kita sembahyang atau beryadnya dengan mengharapkan imbalan...."lega seluk" alis pamrih namanya.

Jadi apa sebenarnya tujuan kita menyembah Sang Maha Pencipta?
Kita menyembah Beliau karena Sinar Sucinya yang dapat menerangi Pikiran kita, menyembah Beliau agar sifat-sifat Beliau ada dalam diri menjadi benih-benih kesadaran yang kita tanam untuk tumbuh dan berbuah (Pahala). Jadikan tindak-tanduk, ucap, manah kita adalah wujud rasa syukur kita padaNYA.

Masihkah disisa hidup ini kita hanya bisa meminta dan memohon? tidak adakah benih-benih kesadaran walaupun sedikit saja untuk memberi pada semua dan sesama? buat hidup ini lebih bermakna dalam kehidupan yang hanya tinggal sesaat lagi.


Om Shanti Shanti Shanti Om
sahadja dharma yoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar