Kamis, 02 Juli 2020

Sahadja dharma yoga dalam rangkaian cerita...

                

       Hong Wilaheng Awignem Astu,
saka sidan menguntai potongan-potongan kenangan dan peristiwa yang telah terlewati sebagai sebuah penghargaan atas proses yang kita lalui. Bak menguntai  intan berlian menjadikan  kalung permata yang tak ternilai harganya. pentingnya untaian cerita ini kelak kita akan mengajarkan anak-cucu. apa yang diajarkan nanti bukanlah kone, kinon, atau kocap. tapi memang benar kita telah alami bersama di sahadja dharma yoga...
Nama "Sahadja" = Saddhana, Hrdaya dan Jaladri, Saddhana adalah disiplin diri untuk menerapkan ajaran, Hrdaya menumbuhkan kesadaran diri (Nurani), dan Jaladri berkewajiban untuk mengalirkan ajaran pada anak-cucu.

Tepa palupi
Kembang Tepus Kaki.
Bentuk ID sahadja
Adalah kualitas tentang saddhana tanpa sibuk mengurusi keyakinan,kepercayaan bahkan cara orang di luar kita.namun patuladhan saling adanya komunikasi saling menghargai dan secara perlahan namun pasti adalah menemukan cara pandang kita pada hidup dan kehidupan.jika tiba saatnya kompetisi pada dunia luar. kita semua bisa dan kuasa menunjukkan apa yg kita telah pelajari.. dilihat bagaimana..( anak anak kita , keluaraga dan mada depannya ) dan itulah kita SAHADJA. Dan terakhir kemauan dan kemampuannya.
Cerita ini diawali dari sekumpulan manusia yang tak mengerti arah tujuan, manusia dari berbagai macam latar belakang, ada yang ingin sakti dan bisa melihat dunia lain, ada yang putus asa
dengan permasalahan keluarga, ada yang menginginkan keturunan dan ada banyak yang hanya sekedar ikutan untuk belajar dibawah bimbingan Guru Spiritual Bapak Adhi Rangga Dharmanto,  seiring waktu secara alami terseleksi oleh keseriusan mereka masing2 sehingga tinggal beberapa orang sahadja;
1.   I Nyoman Gede Triyasa, Sukra Pon

2.      
I Made Wiarta, Anggara Kliwon
3.       I Made Tasna, Budha Kliwon
4.       I Made Sujana, Redite Pon
5.       I Wayan Sunerta, Budda Kliwon
6.       I Made Beker, Wrespati Pon
7.       I Wayan Sueda, Saniscara Paing
8.       Ida Bagus Putu Putra, Budda Pon
9.       I Wayan Wirata, Soma Umanis
10.   I Wayan Sueta, Redite Wage
11.   I Made Sudiana, Soma Umanis
12.   I Made Tistana, Soma Umanis
13.   I Made Sipo, Wrespati Paing
14.   I Wayan Diksa, Budda Kliwon
15.   I Wayan Padu, 

sebelum belajar secara serius kita semua diruat oleh Guru spriritual Bapak Adhi Rangga Dharmanto.
Meruat=Murwakala, mengingatkan kembali dari mana kita berasal, sujud dan basuh  kaki orang tua kita dan selalu ingat hari lahir masing-masing (sangkan kamulan).
Melarung kuku dan rambut ke segara sebagai identitas diri (Rah) dan pengakuan samudera sebagai asal usul kita, bahwa kita adalah anak-anak dari Ibu Samudera, Anak yang terlahir dari samudera pengetahuan.
Ruat Ngambang, diruat di samudra dengan mengapungkan diri. Melepaskan segala pikiran, ketakut, cemas dan ego, penyerahan diri secara totalitas.
Inisiasi dari Sang Maha Guru sebagai awal kesungguhan untuk belajar. Ngatepin buana alit dan buwana agung, belajar mengenal “Nyama Catur/Kadang papat kelima pancer”, bahwa kita terlahir tidak sendiri.
Belajar pondasi agar tidak sombong dan ajawera, belajar mengalami sebelum kita mengajarkan orang lain, kita diajarkan untuk tidak meminta sebelum memberi, tabu untuk memohon pada saat sembahyang. Belajar untuk memberi dan mempersembahkan tanpa pamrih. Setiap tilem dan purnama ke samudera menghaturkan persembahan, dan setiap Jumat Kliwon menghaturkan persembahan ke Pura Telaga Waja.
Mendem/menanam batu soca di beberapa pura; Pura Geger, Pr, Karang Boma, Pura Gunung Tedung, Pura Batu Pageh, Pura Matsuka, Pura Selonding, Pura Luhur Uluwatu, Pura Lamun, Pura Luhur Lempuyang (Sekalian mekemit), Pura Menjangan (pulau Menjangan).


sahadja dharma yoga sebagai tempat kita berkumpul dan belajar, terletak di ujung Jalan Wirayuda (sebelah timur Pura Pemacekan Agung). yang dulunya lahan kosong bekas mesin slep padi dan kandang babi, kita bersihkan dan bangunan pertama didirikan adalah tempat asanas untuk latihan yoga (2008). kemudian digging (tempat grounding di bawah tanah), Gazebo tempat patung Ibu-Bapak, Mandala tempat melakukan kalacakra, kemudian kemulan Lingga-yoni.
1 Agustus 2008, Saniscara Umanis, Hari Saraswati, Mepasupati patung nyasa Ibu-Bapak Lingga Yoni Sahadja dan kalacakra. setiap orang yang datang ke sahadja dharma yoga wajib basuh dan sujud di kaki Ibu-Bapak.


Kita belajar banyak dari Sang Maha Guru;
- Belajar 1 - 9, 9-1, sebuah peristiwa tidak mungkin terjadi tiba-tiba tanpa urutan cerita dibelakangnya. dari 1 ke 2, 3... adanya 9 karena  ada 8, 7, 6...
- Belajar Lingga Yoni, belajar memposisikan diri, saat kapan menjadi lingga dan saat kapan menjadi yoni. lingga 1, yoni 9
- Sembahyang Ang-Ung-Mang. Sembahyang adalah urusan diri pribadi dengan Tuhan, Kita berawal dari Nya pasti kembali pada Nya (Ang), Yang bisa dan mau menyayomi kita hanya Beliau (Ung), Beliau yang selalu mau menerima kita apa adanya (Mang). Kita diciptakan baik-baik juga harus bisa menciptakan kebaikan, kita selalu diayomi juga musti bisa mengayomi, selalu diterima apa adanya juga musti bisa menerima apa adanya.
- Tidak meminta/Nunas, merubah dogma saat sembahyang yang selalu latah untuk nunas Rahayu, nunas Mertha, nunas seger dll padahal apa yang kita tunas itu maya adanya karena perputaran kehidupan.
- Belajar dari lelaku, megalami sendiri. tabu untuk mengajarkan tanpa pernah mengalami sendiri.
- Menghargai tempat suci dengan melepas alas kaki sebelum masuk. menta restu dengan menyentuh tanah.
- Kalacakra, bisa memulai juga harus bisa mengakhiri, apurwa membuka dan purwa daksina menutup.
- 29-07-2018, belajar sastra jendrahayuningrat, wipassana mati sejeroning urip.
- Yoga, astangga yoga dan tai chi.
- Mengenal “Nyama catur”
- Dharmayatra ke jawa, candi ceto, candi sukuh, sitihinggil, situs majapahit di trowulan, dll
- Mundut nuntun beberapa pusaka dari Jawa ke Bali (sahadja dharma yoga)
- Belajar merawat Pusaka (Keris)


- Belajar Pawukon dan pedewasaan
- Belajar Aksara Kawi, Pallawa, Jawa, Bali, asal usul aksara.
- Belajar Mantra, Yantra dan Tantra.
- dan yang terpenting adalah belajar membina keluarga dan bermasyarakat.

Seiring waktu berjalan ikatan tali rasa sesama kita makin terjalin, dengan makan Nasi Uyah Tabiye satu cobek kita mengikrarkan diri berasal dari Ibu-Bapak yang sama, menjadi anak-anak sahadja dharma yoga, menyatukan darah dalam getih a bumbung. Ini dilakukan setiap Minggu Umanis sebagai hari lahirnya anak-anak Sahadja.
“Nyanggra”, belajar menerima yang lain apa adanya, menerima perbedaan, menerima apapun siapapun tanpa buruk sangka dan asumsi. Membuka pintu pikiran menerima segala hal baik-buruk sebuah peristiwa, dari situ kita diperlihatkan kenyataan dalam kehidupan, moral yang hancur, anak2 berani dengan guru dan orang tua, sesama saudara berkelahi berebutan harta warisan, tatanan adat dan budaya yang kacau tanpa pedoman yang pasti, hilangnya kebersamaan dan gotong royong memikul beban berat, saling meninggikan diri...

Lalu muncullah niat untuk menyatukan visi dan misi, berusaha keluar dari lingkaran samsara , 1.berasal dari satu darah Ibu-Bapak Sahadja Dharma Yoga, tanpa wangsa, warna dan bungkusan, semuanya sama tidak ada tinggi rendah menyatu dalam satu tujuan, “Getih a bumbung”.
2.Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, berbagi dalam suka-duka, belajar untuk saling berbagi, mengusahakan pengupaboga yang berkelanjutan kedepannya.
3. Belajar merubah pola pikir, ucapan dan prilaku yang lebih baik menjadi sebuah kebiasaan baru, peradaban baru.
Makna inilah yang tersirat dengan datangnya 3 pusaka ke sahadja dharma yoga (3 Pusaka Cemeti/ 2017)....Ketiga pusaka dipundut masing-masing ke Pura Bias Tugel untuk di pasopati untuk tujuan ikatan persaudaraan "Getih a bumbung", ke Pura Lamun untuk tujuan membuat Peradaban Baru dan ke Pura Goa Gong untuk tujuan Pengupaboga/Sri Sadana.
seiring watu berjalan kadang kita lupa dengan 3 visi misi kita dan masih sering bercanda dan tidak serius belajar untuk nantinya bisa mengajarkan anak-anak...akhirnya Pusaka Vajra dilinggihkan di sahadja. 3 cemeti tidak mempan mencambuk kita akhirnya Sang Vajra (Petir) diturunkan....siapa yang lempas digeseng dan digilas.
setelah itu mulailah kita belajar secara serius, melinggihkan “Sang Hyang Catur Lawa”, empat fungsi atau pintu menerapkan sebuah ajaran. 1.dukuh (wadah/tempat) dalam hal ini Jeroan/Puri. 2. Pasek (Nyame petangdasa, Orang2 sahadja, eksekutor). 3.Pande (menciptakan/Menkonsep). 4. Penyarikan (Juru tulis, yang mencatat semua proses yg dilalui).
napak tilas perjalanan "Nyama Petangdasa" Sang Langitan, pendahulu di desa ini dengan Jeroan sebagai Adhi mukaning Desa.

1 April 2018, badan hukum Yayasan Sahadja Dharma Yoga disahkan dg SK Menkumham no:  AHU-0010835.AH. 01.04.Tahun 2018. sebagai langkah awal membentuk wadah yang resmi berbadan hukum. sebagai wujud "Darmaning Negara".

17 Agustus 2019, Saniscara Wage Medangsia. Saatnya kita memperlihatkan diri di masyarakat. Belajar sesuatu yang berguna tak perlu sembunyi. Untuk membuat peradaban baru harus diperlihatkan untuk menjadi tulad. Bahwa kita ini peduli...”dimana bumi dipijak disana langit dijunjung”. Pentas lintas budaya. Pertunjukan 3 barong berbeda: Barong Sae, Reog, Dan Barong sampi.
Ikut peran di desa namun tak terlibat dalam hiruk-pikuknya adalah moto kita. bangunan mandala menjadi sarananya, mengambil jumputan tanah dari penjuru desa sebagai wujud tanggung jawab, kalacakra sebagai cara kita ikut peran.
Nopember 2019, Musim kering yang berkepanjangan tergugah untuk melayani dan memberi pada semua dan sesama, memberi makan anjing2 kelapara, monyet, menyiram tanaman. menjadi Tuhan kecil sasaat bagi mereka. ihklas tanpa pamrih melayani. disineb dengan kalacakra.

25 nopember 2020, angayubagia, puji syukur atas keberhasilan anak-anak sahadja.
16 Desember 2020, Ngelebar satya di sahadja.
31 Desember 2019, Anggara Kliwon Nunas tirta di Pura Pemacekan Agung untuk anak dan keluarga masing2.
01 Januari 2020, kalacakra di mandala jam 05.00 pagi, menyambut tahun baru.
17 Januari 2020, Sukra Paing, mengawali blessing ke rumah tua I Wayan Sueta (Yan Putih) dilanjutkan ke rumah masing2 dengan tujuan mempererat tali persaudaraan (Getih a bumbung)
23 Januari 2020, Mengganti kapas pembungkus lingga di kemulan sahadja.
6 Februari 2020, Mendem pedagingan di Mrajan Jeroan. kaitan dengan pemelaspas pelinggih mrajan setelah renovasi.
28 februari 2020, acara meparipurna di mandala (bapak)
Maret 2020, wabah covid-19 di Indonesia...ritatkalaning ganti kali bhumi. Dewata matilar ring madhyapada, mantuk maring swargan mahameru, ginantianing Bhuta, sabhumi sami mwang kasusupan Bhuta…. gering sasab marana tan pegat, ngendah laraning mwang, gumigil panas uyang, akweh pejah, desa tepi ning tasik tembening agering… mantra usada punah. Pandhita bingung, Weda Mantra tanpa sari.

Berbagai proses dan laku kita jalani walaupun dalam keterbatasan gerak karena wabah Covid 19.
10 Maret 2020, Kalacakra
15 Maret 2020, Penyerahan Pusaka, Pustaka dan busana pada anak2 sahadja sebagai pembayaran utang pada leluhur.
19 maret 2020, Wrespati Wage. Komang Gede dan Md Tistana sembahyang ke Pura Pagerwesi. yang lain sembahyang di sahadja. ini berkaitan dengan keadaan desa dan wabah Covid-19.
 24 – 26 Maret 2020 (Nyepi saka 1942), Anggara Wage Pahang, melakukan perjalanan untuk meminta sejumput tanah di dusun panggih tempat petilasan Raja Hayam Wuruk semasa kecil. Juga sempat ke situs Sumber Beji. walaupun dalam keadaan genting karena ketatnya protokol untuk membatasi penyebaran wabah covid-19.
26 Maret 2020, Wrespati Umanis Pahang, tanah dari petilasan Prabu Hayam Wuruk dipendem di Kedatuan (Di Mrajan Jeroan).

28 Maret 2020, Redite Wage Krulut. Mulai belajar dan latihan “Nawa Graha”.
Ngambil ageman masing-masing, menggali kedatuan dalam diri, membuat kotak untuk pusaka, pustaka dan busana untuk anak-anak kita. Membuat konsep kedatuan dangan jeroan sebagai wadahnya, Menata Jeroan sebagai kedatuan, membuat bale kukul, membuat kukul, menata Pura Taman, membuat peralatan upacara. Intinya mengisi waktu dengan kegiatan agar tidak memikirkan krisis dan wabah Covid-19.

28 Maret 2020, Nutup Satya puasa di Pr. Ibu Jero Kampial.
29 Maret 2020, Kalacakra 1-9
7 April 2020, Anggara Pon Mrakih,(Purnama Kedasa) Sang Hyang Tripura Sundari (Shodhasi) dengan cihna tirtha pingit mancur keluar dari kelapa muda. Tripura Sundari adalah Sang Dewi digambarkan dalam tiga wujud; 1. Tripura Bala (Perawan Muda), 2. Tripura Sundari (yang indah), 3. Tripura Bhairavi (mengerikan). Beliau melinggih di Pererepan (Kamar Suci, Jeroan). Beliau berkenan hadir diantara kita karena melihat kesungguhan niat untuk mewujudkan kedatuan demi anak-anak.

8 April 2020, Buda Wage Mrakih, Ngelungsur/Nunas Tirta Pingit di pererepan.

13 April 2020, Soma Wage Tambir) Melakukan “Nawagraha” di Pura Pemacekan Agung sebagai langkah awal untuk sungguh-sungguh mewujudkan sebuah komitmen “Nyame Petang Dasa”, “Sarwa pat”, 13=4, April=4, 2020=4 ,Soma=4,wage=4. ...
14 April 2020, Anggara Kliwon Tambir Nyanggra Odalan di Mrajan Jeroan.
18 – 20 April, Saniscara Wage Tambir. Membuat Sanggar Pamujaan di Barat Daya (Nairiti/Rudra) menghadap timur laut (Ersanya/Sambu), melebur pola pikir lama, menghilangkan apa yg tidak pantas dalam diri untuk terlahirkan kembali dengan pola pikir baru. di sanggar pamujan kita diajarkan meniadakan apapun diluar diri, diam dan menidurkan semua pikiran yang ada hanya sang diri. Setelah dari sanggar pemujaan baru bisa menghadap ke Pererepan (Ibu Tripura Sundari).
20 April 2020, Soma Umanis, sanggar pamujaan mulai digunakan.
20 April 2020, Soma Umanis Medangkungan. putaran Vajratattwa berakhir, 4xPancawara, Soma Umanis=9, Budda Siwa manunggal.
3 Mei 2020, wuku uye, wuku ke 22 tahun 2020, semua kembar, waneng.
8 Mei 2020, Sukra Wage Uye, Penanaman Pohon Pule pengganti Pohon Nangka yang dipotong untuk Kul-Kul.
14 Mei 2020, belajar di sanggar pamujaan, mengenal sukma sejati. membedakan mana nurani dan naluri.
15 Mei 2020, Made Tistana & Made Oksi, Persembahyangan ke beberapa tempat tenget, Pantai, Pura Telaga Waja, Pemuunan setra Bualu, Gua Gulang2, Geger dll Uji Mental.
30 Mei 2020, Saniscara Umanis Bala, Upacara Ngeraja anak sahadja “I Putu Gede Widiharta”.
25 Mei 2020, Soma Umanis Bala, Upacara Diksha Suddha Wadani “I Made Tasna & Ayu Putu Agus Ratna Dewi”.
3 Juni 2020, Budda Kliwon Ugu, Belajar basic mudra Siwa Budda (1-9), Mantra Yantra dan Tantra.
9 Juni 2020, membuat kendi pancuran di pintu masuk sahadja
12 Juni 2020, membuat siwakrana.
14 Juni 2020, Utusan dari Mahameru tedun nyarengin di sahadja Dharma Yoga, Bubur gadang di mandala, Nyineb tgl 25 Juni 2020, Sukra pon. Membuat siwakrana sebagai nyasa Beliu sebagai Sang Hyang Pasupati.
18 Juni 2020, Wrespati Kliwon Klawu. Siwakrana selesai dibuat dan dimulainya belajar kembali di sahadja Jnana Siddhanta jalan kemokshan, belajar Mantra, Yantra dan Tantra, belajar Panca maya kosa, memperdalam Ang-Ung-Mang (Uttpeti, Stitti, Pralina), belajar patirtan (pengelukatan), belajar mebedakan mana nurani dan naluri.
23 Juni 2020, membuat tempat patirtan/Melukat.
25 Juni 2020, Wrespati Paing Dukut. Diksa Suddha wadani, Suddhi/a berasal dari bahasa
Sanskerta yang artinya penyucian, persembahan, upacara pembersihan/penyucian
Vadanya atau vadana yang berarti fasih berbicara, ramah, banyak bicara.Dhiksa suddhi vedana bertujuan untuk bisa mengajarkan yg kita pelajari dengan baik sepantasnya (sangkan paran, etimologi) bukan kone kone kpd istri anak ataupun yg lain.
25 Juni 2020, Wrespati Paing Dukut, dhiksa suddhi wadani I Wayan Sueta & Ni Nyoman Neri
26 Juni 2020, Sukra Pon Dukut, dhiksa suddha wadani I Nyoman Gede Triyasa & Ni Nyoman Serinati.
28 Juni 2020, Redite Kliwon Watugunung, dhiksa suddha wadani I Made Beker & Ni Made Pulung.
29 Juni 2020, Soma Umanis Watugunung, dhiksa suddhi wadani I Made Sipo & Ni Made Arini
1 Juli 2020, Buda Pon Watugunung, dhiksa suddha wadani I Wayan Sunerta & Ni Ketut Arimini
2 Juli 2020, Wrespati Wage Watugunung, dhiksa suddha wadani I Made Wiarta & Ni Made Surati
4 Juli 2020, Saniscara Umanis Watugunung, dhiksa suddha wadani I Wayan Diksa & Ni Ketut Sumiati.

4 Juli 2020, saniscara Umanis Watugunung, bertepatan hari Saraswati sasih kasa, nyineb Pediksan suddha wadani, kita diajarkan untuk saling menghargai sesama, tanpa guru kita tak khan mengerti apa2, tak khan bisa sendiri dalam hidup ini, tanpa saudara di sahadja kita tak bisa apa2. sujud pada yang di dalam diri  mereka sebagai wujud kita menghargai apa yang di dalam diri kita. Sang Ibu Tripura Sundari kembali ke kahyangan.

7 Juli 2020, Anggara Wage Shinta, Jam 7 malam, sarwa 7, Tgl 7, Urip 7, Sabuh Mas nyanggra harapan untuk kemuliaan anak2 kedepan.

Tepa palupi
Kembang Tepus Kaki.
Bentuk ID sahadja
Adalah kualitas tentang saddhana tanpa sibuk mengurusi keyakinan,kepercayaan bahkan cara orang di luar kita.namun patuladhan saling adanya komunikasi saling menghargai dan secara perlahan namun pasti adalah menemukan cara pandang kita pada hidup dan kehidupan.jika tiba saatnya kompetisi pada dunia luar. kita semua bisa dan kuasa menunjukkan apa yg kita telah pelajari.. dilihat bagaimana..( anak anak kita , keluaraga dan mada depannya ) dan itulah kita SAHADJA. Dan terakhir kemauan dan kemampuannya.

 8 Juli 2020, mulai mengambil tugas/ageman masing2, Wayan Aglong nulis Lontar, Orson dan Dodit Belajar Warangan Keris. Membuat Kamar Ganti.

9 Juli 2020, Belajar sastra Kawi dari Bapak. Sastra Lampah, dll

10 Juli 2020, Belajar Sukma sejati;
    Jenis2 Kanda Pat;
    1. Marmati, Kawah, Ari2, Getih lan Puser
    2. Ngurah Tangkeb Langit, Ratu Wayan Tebeng, Ratu Made Jelawung, Nyoman Pengadangan, dan Ketut Petung.
    3. Wiswa, Sweta, Rakta, Pita, dan Kresna.
    4. Anggapati, Mrajepati, Banaspati, dan Banaspati Raja.
    5. Sukma Luhur, Sukma Langgeng, Sukma Purba, Sukma Wisesa dan Sukma Jati.



July 2, 2020, Dhiksa Suddha Wadana… I Made Wiarta & Ni Made Surati